⚓️ Kehidupan Awal
Pakubuwana II lahir dengan nama Raden Mas Gusti Prabasuyasa, putra dari Amangkurat IV. Tanggal kelahirannya tidak tercatat secara pasti, namun diperkirakan sekitar tahun 1711 di Kartasura 🛈. Ia naik tahta pada tahun 1726 menggantikan ayahnya, dengan gelar Sri Susuhunan Pakubuwana II. Masa kecilnya dihabiskan di lingkungan keraton, menerima pendidikan tentang tata pemerintahan dan budaya Jawa. Naiknya ia ke tahta terjadi di tengah situasi yang tidak stabil di Kasunanan Kartasura [2]Kasunanan Kartasura -Wikipedia bahasa Indonesia
[Tanggal:2025-06-03].
⚓️ Pemerintahan dan Pemberontakan
Masa pemerintahan Pakubuwana II ditandai dengan serangkaian pemberontakan, yang paling signifikan adalah Geger Pecinan pada tahun 1740-an. Pemberontakan ini bermula dari pembantaian etnis Tionghoa di Batavia oleh VOC, yang memicu kemarahan dan perlawanan di berbagai daerah, termasuk Kartasura. Pakubuwana II awalnya mendukung pemberontakan tersebut, bahkan bersekutu dengan Sunan Kuning [3]Sunan Kuning -Wikipedia bahasa Indonesia
[Tanggal:2025-06-03]. Namun, perubahan aliansi sering terjadi, yang semakin memperburuk kondisi politik. Ia juga menghadapi pemberontakan dari Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa), yang terus menerus mengganggu stabilitas Kasunanan. Ketidakmampuan Pakubuwana II dalam mengatasi pemberontakan dan intrik politik menyebabkan keruntuhan istananya di Kartasura pada tahun 1742 [4]Keraton Kartasura -Historia.id
[Tanggal:2025-06-03]. Ia kemudian melarikan diri dan mendirikan keraton baru di Surakarta.
⚓️ Perjanjian dengan VOC dan Dampaknya
Untuk mempertahankan tahtanya, Pakubuwana II beberapa kali membuat perjanjian dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Perjanjian-perjanjian ini memberikan VOC pengaruh yang besar dalam urusan internal Kasunanan Kartasura, termasuk dalam hal ekonomi dan politik. Sebagai imbalan atas bantuan VOC, Pakubuwana II harus menyerahkan beberapa wilayah dan hak-hak istimewa kepada VOC [5]VOC di Jawa -Kompas.com
[Tanggal:2025-06-03]. Kebijakan ini sangat dikritik oleh beberapa pihak karena dianggap merugikan Kasunanan dan memperkuat cengkeraman VOC di Jawa. Namun, bagi Pakubuwana II, perjanjian ini adalah cara untuk bertahan dari pemberontakan dan mempertahankan kekuasaannya. Perjanjian terakhir dengan VOC ditandatangani tidak lama sebelum kematiannya [6]Perjanjian dengan VOC -Tirto.id
[Tanggal:2025-06-03].
⚓️ Kematian
Pakubuwana II meninggal dunia pada tahun 1749 di Hutan Krendawahana saat melarikan diri dari pemberontakan. Lokasi tepat dan tanggal kematiannya tidak diketahui secara pasti 🛈. Kematiannya memicu suksesi yang rumit dan membuka jalan bagi Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta [7]Perjanjian Giyanti -Wikipedia bahasa Indonesia
[Tanggal:2025-06-03].
⚓️ Warisan dan Penilaian
Pakubuwana II adalah sosok yang kontroversial dalam sejarah Jawa. Di satu sisi, ia dipandang sebagai pemimpin yang lemah dan tidak mampu mengatasi pemberontakan serta tunduk pada kepentingan VOC. Keputusannya untuk bersekutu dengan VOC dianggap sebagai pengkhianatan oleh sebagian pihak. Di sisi lain, pendukungnya berpendapat bahwa ia menghadapi situasi yang sangat sulit dan harus mengambil langkah-langkah pragmatis untuk mempertahankan tahtanya. Ia juga berusaha untuk melestarikan budaya Jawa di tengah gejolak politik. Warisan terbesarnya adalah pendirian Kasunanan Surakarta setelah keruntuhan Kartasura [8]Kasunanan Surakarta -Wikipedia bahasa Indonesia
[Tanggal:2025-06-03]. Penilaian sejarah terhadap Pakubuwana II masih terus diperdebatkan hingga saat ini.