🧾 Fakta Ringkas
🔹 Tanggal Lahir:
1631-01-12
🔹 Tempat Lahir:
Gowa, Sulawesi Selatan
🔹 Jenis Kelamin:
Laki-laki
🔹 Pekerjaan:
Sultan Gowa
🔹 Kebangsaan:
Kesultanan Gowa
🔹 Jabatan Penting:
Sultan Gowa ke-16
⚓️ Kehidupan Awal
I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape lahir pada tanggal 12 Januari 1631 di Gowa, Sulawesi Selatan. Ia adalah putra dari Sultan Malikussaid, Sultan Gowa ke-15, dan I Sabbe To'mo Lakuntu.[2]Biografi Sultan Hasanuddin di Kepustakaan Presiden -Kepustakaan Presiden
[Tanggal:2025-06-03] Sejak kecil, ia telah menunjukkan bakat kepemimpinan dan keberanian. Ia dididik dalam berbagai ilmu pengetahuan, termasuk agama, pemerintahan, dan strategi perang. Pada usia 21 tahun, ia diangkat sebagai salah satu anggota dewan kerajaan dan diberi gelar Sultan Hasanuddin.
⚓️ Karier dan Perjuangan Melawan VOC
Sultan Hasanuddin naik tahta sebagai Sultan Gowa ke-16 pada tahun 1653, menggantikan ayahnya, Sultan Malikussaid.[3]Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur -Historia.id
[Tanggal:2025-06-03] Sejak awal pemerintahannya, ia menunjukkan sikap tegas dan berani dalam menghadapi VOC. Ia menolak tuntutan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah Gowa. Sultan Hasanuddin berupaya untuk memperkuat armada laut Gowa dan menjalin kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara untuk melawan VOC. Perlawanan Sultan Hasanuddin mencapai puncaknya dalam Perang Makassar (1666-1669) melawan VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka. Meskipun Gowa pada akhirnya harus menyerah, keberanian Sultan Hasanuddin dalam melawan VOC membuatnya dihormati dan disegani oleh rakyatnya dan lawan-lawannya.
⚓️ Warisan dan Pengaruh
Sultan Hasanuddin meninggal dunia pada tanggal 12 Juni 1670 dan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Katangka.[4]Makam Sultan Hasanuddin -Cagar Budaya Kemdikbud
[Tanggal:2025-06-03] Ia diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1973. Warisan Sultan Hasanuddin sangat besar bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk memperjuangkan kemerdekaan. Namun, ada pula pandangan yang lebih kritis terhadap kepemimpinan Sultan Hasanuddin, terutama terkait dengan kebijakannya yang dianggap otoriter dan hubungannya dengan perbudakan. Pendukungnya menyoroti keberaniannya membela Gowa, sementara penentangnya mengkritik aspek-aspek tertentu dari pemerintahannya.
⚓️ Keluarga
Sultan Hasanuddin memiliki beberapa istri dan banyak anak. Salah satu putranya, Karaeng Galesong, melanjutkan perjuangan melawan VOC setelah kematiannya. Informasi detail mengenai seluruh anggota keluarganya masih terus diteliti dan dikumpulkan oleh para sejarawan.
⚓️ Penghargaan
Selain diangkat sebagai pahlawan nasional, nama Sultan Hasanuddin juga diabadikan dalam berbagai bentuk, seperti nama universitas (Universitas Hasanuddin), bandara (Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin), dan jalan di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menunjukkan pengakuan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara.