⚓️ Kehidupan Awal dan Pendidikan
Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Sumatra Utara, pada tanggal 11 Februari 1908. Ia berasal dari keluarga Minangkabau. Ayahnya adalah seorang guru. Pendidikan awalnya ditempuh di sekolah-sekolah Belanda, termasuk Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Kemudian, ia melanjutkan studinya di Algemeene Middelbare School (AMS) di Bandung. [2]Sutan Takdir Alisjahbana: Biography -Ensiklopedia Jakarta
[Tanggal:2025-06-03]
Setelah menyelesaikan AMS, Alisjahbana melanjutkan pendidikannya di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Batavia, sekarang Jakarta). Di sana, ia mempelajari hukum dan filsafat. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai organisasi pemuda dan pergerakan nasionalis. Pada masa itu, ia mulai menunjukkan minatnya pada masalah-masalah kebudayaan dan pembangunan bangsa. [3]Sutan Takdir Alisjahbana, Sang Modernis yang Tak Lekang Zaman -Historia.id
[Tanggal:2025-06-03]
⚓️ Karier dan Kontribusi
Karier Sutan Takdir Alisjahbana sangat beragam dan berpengaruh. Ia dikenal sebagai seorang penulis, penyair, filsuf, dan pendidik. Alisjahbana aktif menulis sejak muda dan menghasilkan banyak karya sastra, esai, dan buku yang membahas berbagai isu sosial, budaya, dan politik. [4]Profil Sutan Takdir Alisjahbana -Kompas.com
[Tanggal:2025-06-03]
Salah satu kontribusi terbesarnya adalah dalam pengembangan bahasa Indonesia modern. Ia adalah anggota dari Panitia Bahasa Indonesia yang bertugas menyusun tata bahasa dan kosa kata bahasa Indonesia. Alisjahbana memiliki peran penting dalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang digunakan secara luas di seluruh Indonesia. [5]Sejarah Bahasa Indonesia -Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
[Tanggal:2025-06-03]
Selain itu, Alisjahbana juga aktif dalam dunia pendidikan. Ia menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri, termasuk Universitas Indonesia dan Universitas Malaya. Ia juga mendirikan Universitas Nasional di Jakarta, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi masyarakat Indonesia. [6]Universitas Nasional - Sejarah -Universitas Nasional
[Tanggal:2025-06-03]
Pemikiran-pemikiran Alisjahbana tentang modernisasi, pembangunan, dan kebudayaan Indonesia sangat berpengaruh pada zamannya. Ia percaya bahwa Indonesia harus mengadopsi nilai-nilai modern untuk mencapai kemajuan, tetapi juga harus tetap mempertahankan identitas budayanya. [7]Modernisasi dan Identitas: Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana -Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
[Tanggal:2025-06-03]
⚓️ Warisan dan Penilaian
Warisan Sutan Takdir Alisjahbana sangat besar dan terus relevan hingga saat ini. Karya-karyanya masih dibaca dan dipelajari oleh banyak orang. Pemikiran-pemikirannya tentang pembangunan bangsa Indonesia tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus. [8]Relevansi Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana di Era Globalisasi -Tirto.id
[Tanggal:2025-06-03]
Namun, pandangan-pandangan Alisjahbana juga tidak luput dari kritik. Beberapa kritikus menilai bahwa ia terlalu menekankan pentingnya modernisasi dan kurang memperhatikan nilai-nilai tradisional. Ada juga yang mengkritik gaya penulisannya yang dianggap terlalu kompleks dan sulit dipahami. [9]Kritik terhadap Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana -Jurnal Filsafat
[Tanggal:2025-06-03]
Terlepas dari kritik tersebut, Sutan Takdir Alisjahbana tetap diakui sebagai salah satu tokoh intelektual terpenting dalam sejarah Indonesia. Ia adalah seorang pemikir yang visioner dan seorang pembaharu yang berani. Kontribusinya dalam pengembangan bahasa Indonesia dan pembangunan bangsa Indonesia tidak dapat diragukan. [10]10 Tokoh Intelektual Indonesia yang Berpengaruh -IDN Times
[Tanggal:2025-06-03]
⚓️ Keluarga
Sutan Takdir Alisjahbana menikah beberapa kali. Ia memiliki beberapa anak dari pernikahannya. Salah satu putrinya, Miriam Budiardjo, adalah seorang ilmuwan politik terkemuka di Indonesia. [11]Miriam Budiardjo: Profil Singkat -Kompas.com
[Tanggal:2025-06-03]
⚓️ Daftar Karya
Berikut adalah beberapa karya penting Sutan Takdir Alisjahbana:
-
Tak Putus Dirundung Malang (1929)
-
Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
-
Layar Terkembang (1936)
-
Indonesia: Social and Cultural Revolution (1966)
-
Nilai-nilai Sebagai Titik-tolak dalam Pembahasan (1981)
-
Groere Nieuwe Indonesische Geschiedenis (1995)